Ketika kita memutuskan menikah, bukan hanya sekedar untuk menyalurkan hasrat seksual yang dihalalkan oleh agama semata. Tetapi sebenarnya kita tengah memasuki gerbang dunia orang tua. Karena setelah menikah kita pasti berharap punya anak. Anak adalah hasil penyaluran hasrat seksual kita. Sebuah fitrah yang diberikan oleh Allah swt untuk menjaga keberlangsungan kehidupan ini. Namun dibalik itu terletak tanggung jawab untuk mengasuh, mendidik dan membesarkan mereka hingga mereka bisa mandiri menghadapi dunia ini sendiri.
2 anak yang dulu lucu ini sekarang mulai tumbuh membesar. Alvin sdh kelas 2, Putri sdh kelas 1. Mereka yang tadinya murni menerima pengetahuan akan dunia cukup dari aku dan istriku, kini ia menerima informasi dari lingkungan yang lain. Dari guru-gurunya, dari teman sekolahnya dan dari telivisi tentunya. Mereka juga sudah tau apa yang namanya dimarahi, tapi mereka cepat sekali melupakannya. itulah dunia anak-anak.
Seperti kemarin sore, Kak Alvin meminta aku untuk membuatkan mainan kapal-kapalan dari kertas lipat (origami). Seperti biasa Putri akhirnya ikut ikutan untuk minta dibuatin. Sebenarnya aku sdh berulang kali membuatkan mereka mainan seperti kapal-kapalan, pesawat terbang, sudu dan lain-lain. ini adalah permintaan yang kesekian kalinya. Tapi kemarin itu saya berniat mengajari kak Alvin untuk bisa membuatnya. Tujuan saya agar ia tidak berulang kali memintaku untuk membuat mainan yang sama itu berulang kali.
Saya berperan sebagai guru buat anak-anak.... lipat kertasnya begini nak... lalu begini... buat sudutnya siku-siku ya...suaraku masih datar. Putri masih mengikuti instruksi yang kuberikan dengan baik. Tapi demi melihat kakak yang perhatiannya justru teralihkan oleh hal lain kacaulah jadinya.
"Awas ujungnya harus rata! jangan ditekuk begitu, kakak! Perhatikan kalo ayah sedang ajari. Matanya lihat ke pekerjaan, jangan lihat kesana-kemari....lihat itu adik saja bisa masa kamu gak bisa sih!!!" Suaraku mulai meninggi dan mata melotot menusuk tajam langsung menghujam ke dadanya.
Demi mendengar suara keras itu Kakak bukannya memperbaiki pekerjaannya, ia justru mutung... gak mau lagi melanjutkan pelajaran origami yang tadinya sangat ia harapkan. Mogok!
Istriku yang mendengar "keributan kecil" itu langsung keluar dan matanya balik melotot tajam ke arahku. Aku balik jadi mbleret... Kakak mendapatkan pembelaan dari pahlawan. #Rasakno..yah!
Menjadi guru ternyata tidak mudah... bahkan mengajari satu anak... Apalagi mengajari 20 anak yang berbeda karakter dalam satu kelas, pasti membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Kalo tidak, bisa-bisa stress para guru di Indonesia.