Selasa, 13 Mei 2014

AYAH (BUKAN) GURU YANG BAIK

Ketika kita memutuskan menikah,  bukan hanya sekedar untuk menyalurkan hasrat seksual yang dihalalkan oleh agama semata. Tetapi sebenarnya kita tengah memasuki gerbang dunia orang tua. Karena setelah menikah kita pasti berharap punya anak. Anak adalah hasil penyaluran hasrat seksual kita. Sebuah fitrah yang diberikan oleh Allah swt untuk menjaga keberlangsungan kehidupan ini. Namun dibalik itu terletak tanggung jawab untuk mengasuh, mendidik dan membesarkan mereka hingga mereka bisa mandiri menghadapi dunia ini sendiri.

2 anak yang dulu lucu ini sekarang mulai tumbuh membesar. Alvin sdh kelas 2, Putri sdh kelas 1. Mereka yang tadinya murni menerima pengetahuan akan dunia cukup dari aku dan istriku, kini ia menerima informasi dari lingkungan yang lain. Dari guru-gurunya, dari teman sekolahnya dan dari telivisi tentunya. Mereka juga sudah tau apa yang namanya dimarahi, tapi mereka cepat sekali melupakannya. itulah dunia anak-anak.

Seperti kemarin sore, Kak Alvin meminta aku untuk membuatkan mainan kapal-kapalan dari kertas lipat (origami). Seperti biasa Putri akhirnya ikut ikutan untuk minta dibuatin. Sebenarnya aku sdh berulang kali membuatkan mereka mainan seperti kapal-kapalan, pesawat terbang, sudu dan lain-lain. ini adalah permintaan yang kesekian kalinya. Tapi kemarin itu saya berniat mengajari kak Alvin untuk bisa membuatnya. Tujuan saya agar ia tidak berulang kali memintaku untuk membuat mainan yang sama itu berulang kali. 

Saya berperan sebagai guru buat anak-anak.... lipat kertasnya begini nak... lalu begini... buat sudutnya siku-siku ya...suaraku masih datar. Putri masih mengikuti instruksi yang kuberikan dengan baik. Tapi demi melihat kakak yang perhatiannya justru teralihkan oleh hal lain kacaulah jadinya.

 "Awas ujungnya harus rata! jangan ditekuk begitu, kakak! Perhatikan kalo ayah sedang ajari. Matanya lihat ke pekerjaan, jangan lihat kesana-kemari....lihat  itu adik saja bisa masa kamu gak bisa sih!!!" Suaraku mulai meninggi dan mata melotot menusuk tajam langsung menghujam ke dadanya. 

Demi mendengar suara keras itu Kakak bukannya memperbaiki pekerjaannya, ia justru mutung... gak mau lagi melanjutkan pelajaran origami yang tadinya sangat ia harapkan. Mogok!
Istriku yang mendengar "keributan kecil" itu langsung keluar dan matanya balik melotot tajam ke arahku. Aku balik jadi mbleret... Kakak mendapatkan pembelaan dari pahlawan. #Rasakno..yah!

Menjadi guru ternyata tidak mudah... bahkan mengajari satu anak... Apalagi mengajari 20 anak yang berbeda karakter dalam satu kelas, pasti membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Kalo tidak, bisa-bisa stress para guru di Indonesia.

Senin, 12 Mei 2014

BID'AH ATAU IBADAH?

Tulisan ini tidak bermaksud menggugat fatwa, cuma mau curhat aja...lagian apalah aku ini... Lulusan pondok bukan, ustadz juga bukan, ngaji aja cuma waktu masih kecil, selebihnya pengetahuan agama diperoleh dari baca buku, dengerin ceramah agama dari ustadz lewat radio atau tv. 
Pemahaman agamaku kadang malah bingung dengan banyaknya aliran-aliran pemahaman di negeriku ini. Ustadz A bilang slametan bagi orang meninggal itu bid'ah, ustadz B bilang itu ibadah. Ada aliran yang ngajarkan sebelum takbiratul ihram baca usholi, ada yang justru melarangnya, karena niat itu cukup dalam hati. Yang satu menyuruh, yang lainnya melarang. Anehnya semua mengklaim diri ahli surga, yang tidak sepaham masuk neraka... Sepertinya sorga neraka dikapling sendiri macem mengapling hutan di kalimantan. Lha terus umat yg macem aku ini nanti bagaimana? Kalo separo ikut slametan, separo sholat tidak pake usholi tapi ikut qunut, boleh gak? Apakah cara beragama seperti aku ini salah?
Kawanku yang aku ceritain masalah ini bilang aku harus ikut salah satu aliran, biar tidak bingung, kawanku yang lain bilang kita tidak boleh pilih-pilih... justru kita harus tahu banyak masalah penafsiran agama agar perspektif pemahaman agama kita luas dan tidak mudah mengkafirkan sesama pemeluk agama. Lha tapi hasilnya tetep bingung je...
Kawanku yang pertama bilang beribadah harus ada dasarnya, harus ada contohnya dari nabi dan sahabat, kalo tidak itu namanya bid'ah. Bid'ah itu meskipun indah, berakhirnya di neraka. Mau kamu masuk neraka? Kawanku yang lain bilang... kalo dikit dikit nunggu contoh dari nabi, kembali aja ke masa lampau. Mau naik haji jangan naik pesawat, naik aja onta sono!... katanya nylekit tak kalah sengit. 
Terus aku kudu piye,Sri?

Jumat, 09 Mei 2014

ENIN MENINGGAL DUNIA

"Ayah, Enin meninggal!"Kata istriku saat membuka pintu kamar. Innalillahi wa innailaihi roji'un....Enin adalah panggilan Nenek dari pihak istriku. Meskipun beliau adalah nenek tiri, tapi beliau sangat menyayangi istriku. Beliau yang mengasuh dan merawat istriku sewaktu kecil hingga SD kelas 6. Sementara orang tuanya (mertuku tentunya) merantau ke Jakarta. Kabar meninggalnya Enin ini saya dengar barusan selepas sholat jumat dari istri.

Setelah berunding sejenak, maka diputuskan Bunda yang ke Bandung, saya tetap di rumah karena anak-anak besok masih harus sekolah tidak mungkin bolos. Tugas saya berikutnya nyari tiket. Tidak mudah mencari tiket dihari Jumat seperti ini. Saya ke travel Cipaganti, ternyata sudah habis, saya coba cek ke Indomart untuk cek tiket kereta api. hmmm.... sampai di dlm baru ingat, utk pesen tiket harus sehari sebelumnya. Akhirnya saya cuma beruntung bisa ngadem sebentar disitu, selanjutnya cabut lagi nyari travel lain. Saya belum tahu pasti dimana yang ada, cuma seingatku di Jl. Dr. Cipto banyak sekali travel agent disana. Meluncurlah aku kesana bersama ipar ditengah cuaca panas kota semarang. Sudahtergesa-gesa, ditambah cuaca yang panas , lalulintas padat merayap. Waduuh... lengkap sudah.

Singkat cerita sampai di sebuah travel di jl. dr. Cipto. Langsung pesan tiket untuk 3 penumpang. Harga tiket @160rb x 3 orang = 480rb, nanti dijemput jam 20.00 wib. Diperkirakan besok nyampe jam 5 wib. Semoga selamat sampai besok kembali ke Semarang.

Dengan penuh keiklasan, kami mendoakan semoga Enin damai disisiNya, diterima seluruh amal ibadahnya, diampuni dosa-dosanya.



Kamis, 08 Mei 2014

ESTETIKA SUARA ADZAN

Rumahku , tepatnya asramaku persis berdampingan dengan masjid kompleks dimana aku bertugas. Hanya butuh waktu 1 menit aku melangkah berjalan kaki  untuk berangkat menunaikan ibadah sholat wajib di masjid tersebut. Kebetulan di kompleks asrama yang sekaligus menyatu dengan tempat pendidikan taruna Akpol ada 2 masjid besar, 1 mushola . disamping itu ada juga mushola yang berada di lingkungan asrama polsek Gajahmungkur, yang batasnya hanya berupa pagar kawat berduri antara komplek akpol dan komplek polsek Gajahmungkur. Masjid yang biasa digunakan kegiatan keagamaan bagi taruna muslim dan masjid satunya yg berada di dekat asramaku tersebut.
 Nah, yang ingin saya kemukakan disini adalah masalah penggunaan pengeras suara ketika adzan tiba. Saya memberi apresiasi kepad apara muadzin yang dengan suka rela memanggil umat islam di sekitar masjid untuk melaksanakan sholat berjamaah. Betapa mulianya tugas para muadzin tersebut, ia merelakan diri untuk datang ke masjid lebih awal, menyalakan ac, membersihkan masjid dan mensetting perangkat pengeras suara disaat yang lain masih asyik dengan dunianya masing-masing, disaat yang lain masih bercengkerama dengan keluarga, atau masih sibuk dengan pekerjaan kantornya atau masih terlelap dalam tidur malamnya. Pantaslah ia dijanjikan surga yang di dalamnya terdapat bidadari-bidadari yang cantik yang senantiasa perawan oleh Allah atas usaha mulia tersebut.
Bukan bermaksud mengecilkan peeran seorang muadzin, menurut hemat saya, seorang muadzin hendaknya memiliki kualitas suara dan estetika seni diatas rata-rata. Bukan hanya berbekal hafal lafadz adzan dan semangat menggebu menggapai surga. Suara adzan yang keluar dari speaker pengeras suara masjid adalah salah satu corong dakwah yang langsung dirasakan oleh  semua orang, tak peduli ia muslim atau non muslim, mereka akan dipaksakan mendengar panggilan Tuhan itu. Yang namanya dakwah itu ajakan, tentunya para takmir masjid harus bijak, tidak boleh sembarang orang- hanya berbekal hafal lafadz dan semangat ibadah_ - diperbolehkan mengumandangkan adzan. Hendaknya seorang muadzin adalah mereka yang memiliki suara yang merdu, lafadz adzan yang jelas sesuai maqroj-nya, sehingga mereka yang muslim tergerak hatinya untuk memenuhi panggilan adzan tersebut. Dan syukur yang non muslim juga terbuka pintu hidayahnya karena mendengar kemerduan suara muadzin, atau minimal ia tidak merasa terganggu istirahatnya demi mendengar suara muadzin yang cempreng suaranya. Bukan justru sebaliknya, suara muadzin yang tidak jelas tinggi rendah nadanya memaksakan diri mengumandangkan adzan. Alih-alih membuka hidayah bagi yang non muslim, bahkan bisa menimbulkan antipati.  bagi mereka yang  muslim pun setiap kali mendengar muadzin bersuara cempreng bin pilu, selalu berharap agar adzan segera selesai. Kalau pun toh ke masjid itu karena keadaran masyarakat akan pentingnya sholat berjamaah, atau ketakutan karena ancaman ustadz karbitan melalui sebuat hadist untuk dituangkan timah panas kepada yang mendengar adzan tapi enggan ke masjid.

Rabu, 23 April 2014

ANGGERA MATI

Setelah melalui proses perawatan yang melelahkan selama 5 hari, akhirnya Enggera menjemput ajalnya.

Selasa, 15 April 2014

"ANGGERA" LAKA LANTAS LUKA PARAH

Si Pillow kucing hitam kembang benguk kesayangan anakku 4 bulan yang lalu beranak 3 ekor. 2 betina 1 jantan. Oleh Putri anak bungsuku diberi nama Anggera, Tmm dan Jerry. Jerry hilang sebulan yang lalu ketika di minggu pagi menguntit Putri dan mertuaku jalan pagi keliling kompleks dan tersesat tidak pulang sampai sekarang. 2 minggu kemudian, si Tom ditemukan mati di garasi mobil dalam kondisi terbujur kaku dan sudah dikerubuti semut. Saya tidak tau apa penyebab kematian Tom, hari itu juga saya kubur dibelakang rumah. Tinggallah si Anggera ini sendiri. Bulunya tebal seperti neneknya. Dan ia sangat lulut sekali denganku. Setiap saya di rumah, kemanapun saya beranjak, ia selalu mengikuti. Ketika saya memberi pakan ikan, ia juga nguntit dan tiduran di sampingku.  Konon menurut silsilah, nenek Anggera adalah kucing Anggora yang bulunya tebal. Si Pillow , ibu dari Anggera ini tampilannya kayak kucing kampung, dikawini Bagong, kucingnya Pakde Nur, yang masih kakak kandungnya Pillow ( dasar kucing... adiknya diembat juga).

Kemarin sore, ketika aku ke masjid, Anggera menguntitku tapi seperti biasa saya "usir" untuk pulang tp bukannya kembali ke rumah, ia malah lari menyeberang jalan ke rumah tetangga. Pikirku nanti juga ia pulang seperti biasanya. Atau menungguiku di dekat bak sampah komplek samping rumahku. Selesai magrib, aku pulang , pas di dekat bak sampah, ada mobil avanza putih yang jalan perlahan pulang dari masjid juga. Tapi tiba2 ia mengerem mendadak. Saya kira kenapa, rupanya dari kolong mobil, ada berlari kucing kecil yang tertabrak mobil tersebut. Saya cek ternyata Anggera. Ataggfirullah hal'adziiim.... Kondisinya sangat mengenaskan. Kaki belakang remuk semua dan tulang patah dengan daging yang terkelupas. Anggera mengeong-ngeong kesakitan. Ketika saya coba untuk angkat dengan memegang tengkuknya, justru ia menggigit jari telunjukku. Panik rasanya melihat kucing kesayangan terluka parah seperti itu. Sesampai di rumah, istriku juga panik. Meskipun ia dokter, tapi ia dokter manusia. Menghadapi pasien manusia ia bisa bersikap tenang, tapi menghadapi pasien hewan, ternyata ia saja denganku. oleh istriku dikasih minum air putih dan  dia coba mengobati semampunya. untuk mengurangi rasa sakit diberi anti nyeri punya anakku (maklum dokter manusia,sediaan obat dikotak obat utk manusia semua), harapan kami untuk sedikit meringankan beban nyeri yang dideritanya. Ditengah kepanikan,  Aku mencoba menghubungi rekan-rekan sesama penggemar kucing dimana ada dokter hewan praktik jam segitu. Ternyata semua yang kuhubungi per telfon menyarankan ke Pamularsih... Aduuh jauh amat.  Akhirnya aku mencoba tanya ke Bude Nur, katanya di daerah Kagok depan toko Tonghien ada dokter hewan disana. Aku coba cek dulu ke sana dengan menggunakan motor. Khawatir kalo ternyata klinik tidak buka. Alhamdulillah, ternyata masih buka. Ada 4 pasien menunggu diobati dokter. Di ruang praktek, dokternya ga ada, kata ibu yang juga menunggu giliran, dokter sedang mengambil obat utk anjingnya. 5 menit menunggu dokter itu muncul terasa 5 minggu... Oh... akhirnya muncul juga bu dokter. Saya tanya bisa ga nangani kucing yang terluka parah. Bisa katanya. akhirnya tanpa babibu aku langsung balik kanan mengambil Anggera. Sampai di rumah, kami bingung mau pake apa membawa Anggera ke dokter. mau pake mobil, gang menuju klinik sempit sekali, mobil tidak bisa papasan.  Akhirnya diputuskan pake motor. Tapi dengan alat apa membawa kucing yang terluka itu. Awalnya atas saran istri pake bakul aja, tapi ketika kucoba masukkan bakul, Anggera meronta-ronta ketakutan. Akhirnya aku terpaksa menggunakan kandang burung, dan istriku yang memegangi. Saya tidak peduli lagi dengan orang-orang di kompleks yang keheranan melihat kami petang-petang membawa kandang burung berisi kucing.
Singkat cerita sampailah kami di klinik hewan. Dokternya kaget setelah melihat luka Anggera yang sangat parah. Dokter memasang tem didubur anggera. Angka digital muncul 37,5 derajad celsius.  Karena meronta-ronta kesakitan dan ketakutan dengan wajah dokter yang baru dikenalnya, dokter bilang perlu dibius untuk membersihkan luka dan mengambil tindakan. Setelah dibius,oleh dokter diminta untuk ditinggal dulu, karena lukanya sangat parah. Ia akan mengabariku esok pagi. Aku dan istri cuma bisa pasrah melihat kondisi Anggera. Pagi ini, ketika aku menulis cerita ini dokter itu blm mengabariku, istriku pun sms menanyakan janji sang dokter. Aku positif tihinking  aja, mungkin Anggera sedang perlu perawatan intensif dari dokter. Semoga Anggera diberi kesembuhan dan dipulihkan seperti sedia kala.. Tapi kalo Allah swt berkehendak lain. Semoga Anggera  segera dibebaskan dari penderitaannya... Tidak tega rasanya melihat penderitaan binatang sekecil itu.

Minggu, 13 April 2014

OBOR BLARAK

Sudah hampir setahun blog ini tak pernah kutengok. Awalnya hasrat yang menggebu untuk selalu mendokumentasikan setiap detik hidup dan perubahan dalam hidup ini. Tetapi itu hanya semangat awal saja, selanjutnya surut...surut dan surut....yang akhirnya padam dan tak pernah kubuka. Semangat yang angin-anginan ini disebut "Obor blarak" kalo orang jawa bilang. Obor kita semua tahu yang artinya suluh, penerang dalam kegelapan. Adapun blarak, saya yakin tidak semua orang tahu.  Blarak adalah nama daun kelapa yang sudah kering dalam bahasa jawa. Blarak sering digunakan untuk kayu bakar ketika simbok saya dulu ketika akan memasak di tungku api. Fungsi blarak dalam dunia memasak api tungku, karena sifatnya yg mudah terbakar maka ia hanyalah sebagai pemicu atau "triger" agar kayu sebagai bahan bakar utama dapat terbakar. Sebab kalau kayu keras langsung di bakar dengan korek api, bisa-bisa batang korek api satu dus habis, tapi kayu bakar tidak terbakar juga. Nah, kembali ke  blarak tersebut. Meskipun si blarak ini mudah terbakar, ia ternyata tidak bertahan lama. Ia menghasilkan api yang besar dan panas namun hanya sesaat setelah seluruh komponen kayu habis dilalap api menjadi abu arang lalu padam. Karena sifatnya yang demikian itu, maka orang jawa sering menganalogikan, orang yang memiliki semangat membara di awal kegiatan lalu mati padam sebelum kegiatan selesai itu ibarat nyala api dari blarak itu.
Nah, kalo dalam kehidupan kita sehari-hari seharusnya semangat kita tidak boleh seperti itu. Semangat kita dalam mengawali kerja menjemput rizki yang telah ditebarkan Alllah dimuka bumi ini, harus tetap kita pertahankan dari awal sampai akhir pekerjaan tersebut. Pun demikian dalam kegiatan peribadatan kita. jangan hanya semangat beribadah ketika kita baru selesai mendapatkan ceramah dari seorang kiai, tetapi setelah itu kita kembali ke jalan sesat. Semoga Allah swt menghindarkan kita dari semangat membara "obor blarak" tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari. Wassalam.